
Simalungun, Nusantaratop – Warga baru-baru ini dihebohkan dengan penemuan jenglot di depan Kantor Bupati Simalungun, provinsi Sumatra Utara, Jumat (9/7/2021), sekira pukul 10.00 WIB.
Dikutip dari Wikipedia, jenglot adalah figur hominoid yang berukuran kecil, berkulit gelap dengan tekstur kasar, berwajah seperti tengkorak dan bertaring mencuat serta memiliki rambut panjang.
Selain warga, para pegawai Kantor Bupati Simalungun dan petugas Satpol PP langsung berdatangan mendekati lokasi penemuan itu.
Jenglot tersebut terpampang dengan sehelai kain lap kotak-kotak. Di dalamnya juga ditemukan 2 helai daun sirih. Jenglot itu disebut-sebut sebagai bahan jampi-jampi yang diduga memiliki kekuatan mistis.
“Saya awalnya ingin duduk untuk istirahat. Kemudian, saya lihat ada bungkusan. Saya kira di dalamnya ada emas atau uang. Tapi, bungkusan itu berisi jenglot dan 2 daun sirih,” kata Meliana, orang yang pertama menemukan jenglot, seperti dilansir dari HarianSIB.com.
Mengetahui penemuan itu, sejumlah warga menginginkan jenglot tersebut segera dibakar. Namun, Kepala Bagian Protokoler Pemkab Simalungun Iwan Purba langsung membawa jenglot itu ke arah perkantoran Pemkab Simalungun.
Jenglot Ada 2 Versi, Masih Ada di Era Millenial !!
Dosen Sejarah dan Budaya di IAIN Kudus, Moh Rosyid mengatakan jenglot ada dua versi dalam dunia perdukunan
“Versi dunia perdukunan, jenglot ada dua versi satu makhluk jadi – jadian yang bisa disuruh majikannya untuk ditugasi mengantar hal magis atau guna – guna atau teluh. Kedua makhluk gaib beneran yang tidak makan nasi tapi makan darah,” kata Moh Rosyid dilansir dari Detik.com, Jumat (9/7/2021)
Rosyid menuturkan jenglot sejenis dengan sebuah jimat namun lebih ke arah yang negatif. Kata dia jenglot biasanya digunakan untuk hal yang berhubungan dengan santet.
“Serumpun jimat tapi mengarah yang negatif, (biasanya) untuk santet, itu bagian dari dunia santet. Santet akan selalu eksis di era apapun. Karena manusia menggunakan imbas konflik yang tidak diselesaikan maka pelampiasannya dunia hitam,” ujar Rosyid.
“Karena hal magis, benar secara magis. Adanya jenglot penanda dunia magis tetap semarak di era millenial pun,” sambungnya.
Dia menjelaskan yang perlu digarisbawahi adalah dunia magis sampai saat ini masih ada. Menurutnya, manusia di era sekarang banyak kebutuhan dan tuntutan. Rosyid mengungkapkan, manusia yang tidak bisa mengatasi masalah tersebut akan melakukan pelampiasan melalui hal magis.
“Yang perlu digarisbawahi bahwa dunia magis selalu eksis sebatas manusia tidak mengatasi (permasalahan) dunia, semakin canggih, semakin banyak tuntutan dan karena kebutuhan,” jelasnya.(red/sib/dtc)