Jakarta, Nusantaratop – Ketua KPK Firli Bahuri merasa heran karena dianggap menjadi penyebab tidak lulusnya 75 pegawai KPK dalam tes wawasan kebangsaan (TWK). Bahkan ada yang menuding dia sengaja menyingkirkan mereka melalui TWK. Padahal menurut dia lulus tidaknya pegawai dalam TWK yang menentukan adalah pegawai yang mengikuti tes itu sendiri bukan orang lain.
“Lulus tidak lulus, memenuhi syarat atau tidak memenuhi syarat, Anda (sendiri) yang menentukan bukan orang lain. Jadi salah besar kalau Anda tidak lulus tapi mau fitnah orang,” kata Firli dalam program Blak-blakan yang tayang di detik.com, Senin (21/6/2021).
Pimpinan KPK, termasuk dirinya sebagai ketua, kata Firli melanjutkan, tidak mungkin meminta Badan Kepegawaian Negara (BKN) mengatur supaya seorang pegawai lulus dan lainnya tidak. “Tidak mungkin. Tidak ada ruang bagi pimpinan KPK untuk meminta BKN mengatur lulus-tidaknya pegawai KPK dalam TWK. Itu fitnah, karena ruangnya tidak ada,” tegasnya.
Dalam indeks moderasi bernegara dari sekian banyak materi tes, dia melanjutkan, hanya mengungkap pernyataan dan pertanyaan. Semua pegawai KPK berhak untuk menjawab. Mereka boleh berdebat dengan para penguji.
Terkait debat ini, kepada detik.com seorang penyidik KPK pernah mengungkapkan bahwa dirinya semula mengira tidak akan lulus. Sebab dia sempat dua kali membuat pengujinya marah bahkan sampai menggebrak meja ketika berdebat. Tapi ternyata dia tetap lulus dan ikut dilantik menjadi ASN pada 1 Juni lalu. “Kenapa yang 75 pegawai tak lulus TWK ini membangun opini, fitnah. Coba tanya ke yang 1274 pegawai yang lulus TWK itu,” kata Firli.
Baca Juga : Pegawai KPK Tak Lolos TWK Diberhentikan Secara Terhormat, Kirim Surat Keberatan
Dia juga menepis pengakuan penyidik senior KPK Novel Baswedan bahwa dirinya pernah berkomunikasi dengan Firli untuk menanyakan soal rencana TWK. Tapi tidak tahu bila Novel berkomunikasi dengan pimpinan yang lain.
Pimpinan KPK, menurut Firli, meyakini bahwa TWK sebetulnya tidak begitu sulit karena yang ditanya adalah tentang pribadi. Bagaimana sikap seseorang menyikapi suatu pertanyaan atau pernyataan terkait integritas kebangsaan, setia kepada Pancasila, UUD 45, NKRI dan pemerintah.
Secara pribadi dia berkeyakinan semua pegawai KPK dijamin netralitas dalam menjalankan tugas. Juga dia tidak meragukan bahwa mereka tidak terlibat dengan aktivitas terlarang organisasi terlarang dan bebas dari paham radikalisme.
“Tapi itu baru keyakinan saya. Jangankan Anda yang bukan saudara saya, anak dan istri pun saya tidak tahu apakah (dalam hati dan pikirannya) terlibat atau tidak. Enggak ada yang jamin,” ucapnya.
Berdasarkan informasi dari BKN dan para asesor, yang digali dari TWK ada tiga hal. Pertama soal integritas kebangsaan dalam wujud kesetiaan kepada Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan pemerintah. Kedua adalah Netralitas seperti apakah memiliki kepribadian atau sikap netral tidak terpengaruh oleh oleh sesuatu kekuatan, tidak terpengaruh oleh suatu kelompok. Ketiga, apakah peserta tes bebas dari organisasi terlarang baik itu pemerintah atau pun undang undang atau bebas dari radikalisme.
“Menurut penjelasan BKN terkait TWK yang diungkap dan yang ingin ketahui jadi jauh berbeda dengan yang disampaikan. Kami sudah mengungkap kasus korupsi sekian, “Yes”, kita punya kompetensi seperti itu. Tetapi terkait dengan yang tadi itu tentu ada syarat dan kriteria dan mekanisme,” ungkap Firli.(detik.com)